PENYEHATAN MAKANAN
DAN MINUMAN
PENCEMARAN MAKANAN OLEH
LOGAM BERAT
OLEH
NAMA :
Vio Ardilles Putra Brahmana
NIM : P00933011099
Tingkat/Semester : II-B/III
Program :
Reguler-B
Dosen Pembimbing : Irma Erlina, SKM
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
PENCEMARAN LOGAM
BERAT
PADA
MAKANAN
MANUSIA
bukan hanya menderita sakit karena menghirup udara yang tercemar, tetapi juga
akibat mengasup makanan yang tercemar logam berat. Sumbernya sayur-sayuran dan
buah-buahan yang ditanam di lingkungan yang tercemar atau daging dari ternak
yang makan rumput yang sudah mengandung logam berat yang sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia.
Akhir-akhir
ini kasus keracunan logam berat yang berasal dari bahan pangan semakin
meningkat jumlahnya. Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan merupakan
suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan bahan tersebut oleh
manusia.
Pencemaran
lingkungan oleh logam berat dapat terjadi jika industri yang menggunakan logam
tersebut tidak memperhatikan keselamatan lingkungan, terutama saat membuang
limbahnya. Logam-logam tertentu dalam konsentrasi tinggi akan sangat berbahaya
bila ditemukan di dalam lingkungan (air, tanah, dan udara).
Sumber
utama kontaminan logam berat sesungguhnya berasal dari udara dan air yang
mencemari tanah. Selanjutnya semua tanaman yang tumbuh di atas tanah yang telah
tercemar akan mengakumulasikan logam-logam tersebut pada semua bagian (akar,
batang, daun dan buah).
Ternak akan
memanen logam-logam berat yang ada pada tanaman dan menumpuknya pada
bagian-bagian dagingnya. Selanjutnya manusia yang termasuk ke dalam kelompok
omnivora (pemakan segalanya), akan tercemar logam tersebut dari empat sumber
utama, yaitu udara yang dihirup saat bernapas, air minum, tanaman (sayuran dan
buah-buahan), serta ternak (berupa daging, telur, dan susu).
Sesungguhnya,
istilah logam berat hanya ditujukan kepada logam yang mempunyai berat jenis
lebih besar dari 5 g/cm3. Namun, pada kenyataannya, unsur-unsur metaloid yang
mempunyai sifat berbahaya juga dimasukkan ke dalam kelompok tersebut. Dengan
demikian, yang termasuk ke dalam kriteria logam berat saat ini mencapai lebih
kurang 40 jenis unsur. Beberapa contoh logam berat yang beracun bagi manusia
adalah: arsen (As), kadmium (Cd), tembaga (Cu), timbal (Pb), merkuri (Hg),
nikel (Ni), dan seng (Zn).
Arsen (As)
atau sering disebut arsenik adalah suatu zat kimia yang ditemukan sekitar
abad-13. Sebagian besar arsen di alam merupakan bentuk senyawa dasar yang
berupa substansi inorganik. Arsen inorganik dapat larut dalam air atau
berbentuk gas dan terpapar pada manusia. Menurut National Institute for
Occupational Safety and Health (1975), arsen inorganik bertanggung jawab terhadap
berbagai gangguan kesehatan kronis, terutama kanker. Arsen juga dapat merusak
ginjal dan bersifat racun yang sangat kuat.
Arsen
banyak ditemukan di dalam air tanah. Hal ini disebabkan arsen merupakan salah
satu mineral yang memang terkandung dalam susunan batuan bumi. Arsen dalam air
tanah terbagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk tereduksi, terbentuk dalam kondisi
anaerobik, sering disebut arsenit. Bentuk lainnya adalah bentuk teroksidasi,
terjadi pada kondisi aerobik, umum disebut sebagai arsenat (Jones, 2000).
Arsen
terkandung dalam ikan dan makanan laut lainnya, seperti udang, cumi-cumi, dan
kerang. Kandungan arsen dalam makanan laut mencapai angka lebih dari 4,5
mikrogram arsen/g berat basah. Arsen juga terdapat dalam daging dan
sayur-sayuran, namun jumlahnya amat kecil.
Senyawa arsen sangat sulit
dideteksi karena tidak memiliki rasa yang khas atau ciri-ciri pemaparan lain
yang menonjol. Gejala keracunan senyawa arsen terutama adalah sakit di
kerongkongan, sukar menelan, menyusul rasa nyeri lambung dan muntah-muntah.
Kompensasi dari pemaparan arsen terhadap manusia adalah kanker, terutama kanker
paru-paru dan hati. Terpapar arsen di udara juga dapat menyebabkan pembentukan
kanker kulit pada manusia.
Merkuri
Merkuri
(Hg) atau air raksa adalah logam yang ada secara alami, merupakan satu-satunya
logam yang pada suhu kamar berwujud cair. Logam murninya berwarna keperakan,
cairan tak berbau, dan mengkilap. Bila dipanaskan sampai suhu 3570C, Hg akan
menguap. Selain untuk kegiatan penambangan emas, logam Hg juga digunakan dalam
produksi gas klor dan soda kaustik, termometer, bahan tambal gigi, dan baterai.
Walaupun Hg
hanya terdapat dalam konsentrasi 0,08 mg/kg kerak bumi, logam ini banyak
tertimbun di daerah penambangan. Hg lebih banyak digunakan dalam bentuk logam
murni dan organik daripada bentuk anorganik. Logam Hg dapat berada pada
berbagai senyawa. Bila bergabung dengan klor, belerang, atau oksigen, Hg akan
membentuk garam yang biasanya berwujud padatan putih. Garam Hg sering digunakan
dalam krim pemutih dan krim antiseptik.
Hg
anorganik (logam dan garam Hg) terdapat di udara dari deposit mineral dan dari
area industri. Logam Hg yang ada di air dan tanah terutama berasal dari deposit
alam, buangan limbah, dan akitivitas vulkanik. Logam Hg dapat pula bersenyawa
dengan karbon membentuk senyawa Hg organik.
Senyawa Hg
organik yang paling umum adalah metil merkuri, yang terutama dihasilkan oleh
mikroorganisme (bakteri) di air dan tanah. Bila bakteri itu kemudian termakan
oleh ikan, ikan tersebut cenderung memiliki konsentrasi merkuri yang tinggi.
Para
penambang emas tradisional menggunakan merkuri untuk menangkap dan memisahkan
butir-butir emas dari butir-butir batuan. Endapan Hg ini disaring menggunakan
kain untuk mendapatkan sisa emas. Endapan yang tersaring kemudian diremas-remas
dengan tangan. Air sisa-sisa penambangan yang mengandung Hg dibiarkan mengalir
ke sungai dan dijadikan irigasi untuk lahan pertanian.
Selain itu,
komponen merkuri juga banyak tersebar di karang, tanah, udara, air, dan
organisme hidup melalui proses fisik, kimia, dan biologi yang kompleks.
Walaupun mekanisme keracunan merkuri di dalam tubuh belum diketahui dengan
jelas, beberapa hal mengenai daya racun merkuri dapat dijelaskan sebagai
berikut (Fardiaz, 1992):
1. Semua
komponen merkuri dalam jumlah cukup, beracun terhadap tubuh.
2. Masing-masing
komponen merkuri mempunyai perbedaan karakteristik dalam daya racun,
distribusi, akumulasi, atau pengumpulan, dan waktu retensinya di dalam tubuh.
3. Transformasi
biologi dapat terjadi di dalam lingkungan atau di dalam tubuh, saat komponen
merkuri diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
4. Pengaruh
buruk merkuri di dalam tubuh adalah melalui penghambatan kerja enzim dan
kemampuannya untuk berikatan dengan grup yang mengandung sulfur di dalam
molekul enzim dan dinding sel.
5. Kerusakan
tubuh yang disebabkan merkuri biasanya bersifat permanen, dan sampai saat ini
belum dapat disembuhkan.
Hg
mempunyai bentuk kimiawi yang berbeda-beda dalam menimbulkan keracunan pada
mahluk hidup, sehingga menimbulkan gejala yang berbeda pula. Toksisitas Hg
dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu toksisitas organik dan
anorganik.
Toksisitas
Hg anorganik menyebabkan penderita biasanya mengalami tremor. Jika terus
berlanjut dapat menyebabkan pengurangan pendengaran, penglihatan, atau daya
ingat.
Senyawa
merkuri organik yang paling populer adalah metil merkuri yang berpotensi
menyebabkan toksisitas terhadap sistem saraf pusat. Kejadian keracunan metil
merkuri paling besar pada makhluk hidup timbul di tahun 1950-an di Teluk Minamata,
Jepang yang terkenal dengan nama Minamata Disease.
v Timbal
Logam
timbal (Pb) merupakan logam yang sangat populer dan banyak dikenal oleh
masyarakat awam. Hal ini disebabkan oleh banyaknya Pb yang digunakan di
industri nonpangan dan paling banyak menimbulkan keracunan pada makhluk hidup.
Pb adalah sejenis logam yang lunak dan berwarna cokelat kehitaman, serta mudah
dimurnikan dari pertambangan.
Dalam
pertambangan, logam ini berbentuk sulfida logam (PbS), yang sering disebut
galena. Senyawa ini banyak ditemukan dalam pertambangan di seluruh dunia.
Bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan Pb ini adalah sering menyebabkan
keracunan.
Logam Pb
banyak digunakan pada industri baterai, kabel, cat (sebagai zat pewarna),
penyepuhan, pestisida, dan yang paling banyak digunakan sebagai zat antiletup
pada bensin. Pb juga digunakan sebagai zat penyusun patri atau solder dan
sebagai formulasi penyambung pipa yang mengakibatkan air untuk rumah tangga
mempunyai banyak kemungkinan kontak dengan Pb (Saeni, 1997).
Logam Pb
dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, makanan, dan minuman. Logam Pb
tidak dibutuhkan oleh manusia, sehingga bila makanan tercemar oleh logam
tersebut, tubuh akan mengeluarkannya sebagian. Sisanya akan terakumulasi pada
bagian tubuh tertentu seperti ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut.
Sumber
kontaminan timbal (Pb) terbesar dari buatan manusia adalah bensin beraditif
timbal untuk bahan bakar kendaraan bermotor. Diperkirakan 65 persen dari semua
pencemaran udara disebabkan emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor.
Sumber
bahan pangan lain yang dilaporkan tinggi kadar timbalnya adalah makanan kaleng
(50-100 mkg/kg), jeroan terutama hati dan ginjal ternak (150 mkg/kg), ikan (170
mkg/kg). Kelompok yang paling tinggi adalah kerang-kerangan (molusca) dan
udang-udangan (crustacea), yaitu rata-rata lebih tinggi dari 250 mkg/kg
(Winarno dan Rahayu, 1994).
Jenis bahan
pangan lain yang mengandung kontaminan timbal cukup tinggi adalah sayuran yang
ditanam di tepi jalan raya. Kandungan rata-ratanya sebesar 28,78 ppm, jauh di
atas batas aman yang diizinkan Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan,
yaitu sebesar 2 ppm (Winarno, 1997).
Timbal (Pb)
dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, makanan, dan minuman. Accidental
poisoning seperti termakannya senyawa timbal dalam konsentrasi tinggi dapat
mengakibatkan gejala keracunan timbal seperti iritasi gastrointestinal akut,
rasa logam pada mulut, muntah, sakit perut, dan diare.
Menurut
Darmono (1995), Pb dapat mempengaruhi sistem saraf, inteligensia, dan
pertumbuhan. Pb di dalam tubuh terikat pada gugus SH dalam molekul protein dan
hal ini menyebabkan hambatan pada aktivitas kerja sistem enzim. Efek logam Pb
pada kesehatan manusia adalah menimbulkan kerusakan otak, kejang-kejang,
gangguan tingkah laku, dan bahkan kematian.
v Tembaga
Tidak
seperti logam-logam Hg, Pb, dan Cd, logam tembaga (Cu) merupakan mikroelemen
esensial untuk semua tanaman dan hewan, termasuk manusia. Logam Cu diperlukan
oleh berbagai sistem enzim di dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, Cu harus
selalu ada di dalam makanan. Yang perlu diperhatikan adalah menjaga agar kadar
Cu di dalam tubuh tidak kekurangan dan juga tidak berlebihan.
Kebutuhan
tubuh per hari akan Cu adalah 0,05 mg/kg berat badan. Pada kadar tersebut tidak
terjadi akumulasi Cu pada tubuh manusia normal. Konsumsi Cu dalam jumlah yang
besar dapat menyebabkan gejala-gejala yang akut.
Logam Cu
yang digunakan di pabrik biasanya berbentuk organik dan anorganik. Logam
tersebut digunakan di pabrik yang memproduksi alat-alat listrik, gelas, dan zat
warna yang biasanya bercampur dengan logam lain seperti alloi dengan Ag, Cd,
Sn, dan Zn.
Garam Cu
banyak digunakan dalam bidang pertanian, misalnya sebagai larutan “Bordeaux”
yang mengandung 1-3% CuSO4 untuk membasmi jamur pada sayur dan tumbuhan buah.
Senyawa CuSO4 juga sering digunakan untuk membasmi siput sebagai inang dari
parasit, cacing, dan juga mengobati penyakit kuku pada domba (Darmono, 1995).
Cemaran
logam Cu pada bahan pangan pada awalnya terjadi karena penggunaan pupuk dan
pestisida secara berlebihan. Meskipun demikian, pengaruh proses pengolahan akan
dapat mempengaruhi status keberadaan tersebut dalam bahan pangan.
Cemaran
tembaga (Cu) terdapat pada sayuran dan buah-buahan yang disemprot dengan
pestisida secara berlebihan. Penyemprotan pestisida banyak dilakukan untuk
membasmi siput dan cacing pada tanaman sayur dan buah.
Toksisitas
logam Cu pada manusia, khususnya anak-anak, biasanya terjadi karena CuSO4.
Beberapa gejala keracunan Cu adalah sakit perut, mual, muntah, diare, dan
beberapa kasus yang parah dapat menyebabkan gagal ginjal dan kematian (Darmono,
1995).
Referensi
ü http://dicerahkan.blogspot.com/2010/12/laporan-pemeriksaan-parasit-pada-sayuran.html
ü http://www.indonesian-publichealth.com/2012/12/terjadinya-kontaminasi-makanan.html
http://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/index.html
http://www.cdc.gov/parasites/diphyllobothrium/index.html
Tidak ada komentar
Posting Komentar